SAUDARA168 – Paniki, Kuliner Ekstrem Kelelawar Khas Minahasa

paniki

Liputan6.com, Manado – Di tengah beragam kuliner nusantara, Sulawesi Utara memiliki hidangan yang mungkin terdengar tidak biasa bagi sebagian orang. Paniki, hidangan berbahan dasar kelelawar, telah menjadi bagian dari tradisi kuliner masyarakat Minahasa selama berabad-abad.

Mengutip dari berbagai sumber, paniki merupakan olahan daging kelelawar yang dimasak dengan bumbu khas Manado. Sebelum diolah, kelelawar terlebih dahulu dibakar untuk menghilangkan bulu-bulu halusnya.

Kemudian kelelawar dimasak dengan bumbu yang dicampur santan. Jenis kelelawar yang biasa dikonsumsi adalah kelelawar pemakan buah dengan ukuran tubuh yang relatif besar.

Hidangan ini menjadi identitas budaya yang dibanggakan. Perpaduan bumbu rempah tradisional khas Sulawesi Utara dengan daging kelelawar menciptakan cita rasa unik yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pencinta kuliner petualang.

Di balik keunikannya, masyarakat setempat meyakini bahwa daging kelelawar memiliki berbagai khasiat kesehatan. Kepercayaan yang berkembang di masyarakat menyebutkan bahwa mengonsumsi daging kelelawar dapat membantu mengatasi masalah kulit akibat alergi.

 


2 dari 2 halaman

Penyakit Asma

Selain itu, terdapat kepercayaan bahwa daging kelelawar dapat membantu mengatasi penyakit asma dan sesak napas. Hal ini dikaitkan dengan kandungan senyawa dalam daging kelelawar yang disebut-sebut mirip dengan komponen dalam obat asma pada dunia medis.

Keberadaan kuliner ekstrem seperti paniki bukanlah hal yang tidak lazim di berbagai belahan dunia. Di beberapa negara Asia seperti Korea, Tiongkok, dan Vietnam, terdapat masyarakat yang mengonsumsi daging anjing dan kucing meski praktik ini semakin kontroversial dan bahkan dilarang di banyak tempat.

Di negara-negara Eropa dan Asia, daging kuda diolah menjadi steak atau hidangan panggang. Sementara di Thailand, serangga seperti belalang umum dikonsumsi sebagai camilan sumber protein.

Paniki biasanya disajikan pada acara-acara adat atau perayaan penting di Minahasa. Proses pengolahannya diolah oleh penduduk lokal yang telah terbiasa mengolah hidangan ini sejak lama.

Dalam perkembangannya, paniki mulai dikenal lebih luas sebagai bagian dari wisata kuliner Sulawesi Utara. Beberapa rumah makan tradisional di Manado menyajikan hidangan ini bagi pengunjung yang ingin mencoba pengalaman kuliner yang berbeda.

Penulis: Ade Yofi Faidzun