SAUDARA168 – Kedewan, Pengobatan Mistis yang Menjadi Tradisi di Desa Songak

Tempat wisata ikonik di Lombok (credit: tripadvisor)

Liputan6.com, Lombok – Masyarakat Desa Songak, Lombok Timur, memiliki metode pengobatan tradisional bernama kedewan. Praktik ini diyakini sebagai bentuk penyembuhan sekaligus pembayaran hutang secara spiritual.

Kedewan dilakukan dengan mengunjungi Masjid Bengan dan Makam Keramat. Dua lokasi inilah yang dianggap sakral oleh warga setempat.

Mengutip dari Journal of Lombok Studies, kedewan merupakan pengobatan alternatif yang bersifat lokal dan mistis. Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun di Desa Songak.

Pengobatan ini tidak hanya dimaknai sebagai upaya penyembuhan, tetapi juga sebagai bentuk nazar atau pembayaran hutang spiritual. Masyarakat setempat percaya bahwa ketika seseorang menderita penyakit berat dan tidak kunjung sembuh dengan pengobatan medis, mereka harus mendatangi masjid Bengan dan makam keramat untuk memohon kesembuhan.

Masjid Bengan adalah masjid kuno yang tidak diketahui asal-usul pendirinya. Lokasi ini dianggap sebagai titik awal ritual kedewan.

Setelah berziarah ke masjid, proses dilanjutkan ke makam keramat. Kedua tempat ini diyakini sebagai media penghubung antara manusia dengan kekuatan spiritual.

Penghuni pertama desa pernah tinggal di lokasi yang kini menjadi masjid. Sebelum menghilang, penghuni tersebut berpesan agar warga yang sakit datang ke masjid dan makam sambil membawa daun sirih dan rokok sebagai syarat ritual.

Proses kedewan melibatkan beberapa tahapan adat. Pertama, penderita atau keluarganya harus berziarah ke masjid Bengan dan makam keramat.

Kemudian, mereka berkonsultasi dengan mangku, penjaga makam, untuk mengetahui penyebab gangguan. Jika diputuskan perlu upacara kedewan, keluarga harus mempersiapkan perlengkapan khusus.

 


2 dari 2 halaman

Tarian Penyembuhan

Salah satu ritual inti adalah pagelaran tarian penyembuhan yang dipentaskan sesuai permintaan roh penunggu. Masyarakat Desa Songak meyakini bahwa gangguan jiwa atau kesurupan (disebut kerandingan) terjadi karena pengaruh makhluk halus yang menghuni masjid, makam, atau tujuh batas desa yang dikeramatkan.

Gejalanya berupa halusinasi pendengaran, penglihatan, atau perasaan seolah sedang berkomunikasi dengan penunggu lokasi keramat. Penderita sering meminta emas atau barang tertentu sebagai persyaratan penyembuhan.

Kedewan juga terkait dengan dua ritual lain, yaitu ngayu-ayu dan nyaur. Ngayu-ayu dilakukan saat seseorang mengalami musibah atau penyakit, sedangkan nyaur adalah bentuk syukur setelah permohonan terkabul.

Kegagalan memenuhi nazar dalam ritual ini diyakini dapat memicu gangguan jiwa. Selain itu, gangguan juga dianggap terjadi jika seseorang melanggar aturan adat atau melakukan kesalahan terhadap penunggu batas desa.

Pengobatan kedewan berbeda dengan pendekatan medis modern yang berfokus pada gangguan biologis otak. Praktik ini lebih menekankan aspek spiritual dan budaya.

Meski demikian, tradisi ini tetap bertahan karena dianggap efektif oleh masyarakat setempat. Proses penyembuhannya tidak memiliki waktu pasti, tergantung pada kondisi penderita dan komunikasi dengan makhluk halus yang diyakini menguasainya.

Desa Songak merupakan hasil percampuran budaya Lombok asli dan Bali. Mayoritas penduduknya beragama Islam, tetapi beberapa tradisi masih dipengaruhi unsur Hindu.

Penulis: Ade Yofi Faidzun